top of page

Kini Mimpiku Di Siang Hari

  • Writer: ariaanr
    ariaanr
  • Jul 4, 2018
  • 3 min read

Updated: Jul 5, 2018


Mengapa kau datang lagi, wahai sosok yang tak ku ku kenal sebelumnya, siapakah kamu hingga ku bisa merasakan rasa yang begitu nyata seolah - olah aku tidak sedang dalam dunia tidur lelapku yang walau hanya sesaat.

Sekali lagi, aromamu yang khas seperti peppermint datang kepadaku, kini kau tampak lebih manis dari biasanya. Kau tak sebringas biasanya, gerakan tubuhmu mulai lebih halus namun tetap aku tak kuasa menahan lirikanmu, sungguh.

Ku diajak bertemu denganmu melalui seorang perantara, ternyata tatapanmu tak biasa. Lirikanmu barusan mengajak dan mengundangku untuk ke duniamu, ya duniamu yang fana itu.

Sekali kali kau mencoba mendekatiku, awalnya ku tak nyaman saat kau menggenggam erat tanganku dan bisikan lembutmu menggoda leherku yang tak indah ini dengan perkataanmu yang ku benci, sungguh dibumbui sebuah godaan amat tersirat di dalamnya.

“Kamu kembali lagi, sudah kuduga sayang. Aku rindu kamu. Kini aku yang berkata, kaku jangan pergi ya.” Sungguh aku tak tahan aromamu dan gaya bicaramu yang tak biasa, ku membalikan badan seolah aku hanyut dengan godaan nakalmu yang lagi - lagi mampu membodohiku.

Dan akupun berbohong “Aku tidak rindu kamu, sungguh” beribu cara pasti kau miliki. Mengapa, mengapa kau menjatuhkan bibirmu yang indah itu ke milikku yang tak ada apa - apanya, mengapa selalu begini. “Kamu bohong, kalau kamu tak rindu kamu sudah mendorongku menolakku, ijinkan aku mulai menyentuh tak hanya wajahmu”.

Tidak, aku benci ini, aku tergoda.

Kau mulai meraba apa yang harusnya tak kau raba, mulai dari leher hingga pinggang. Aku merasa tak nyaman, tapi entah mengapa jika kamu yang melakukannya aku percaya aku nyaman. Bodoh! Ya, itu aku.

“Ijinkan aku melakukannya, aku tak memaksa. Karena ku tau setelah ini kau menganggapku Bajingan, Keparat. Keluarkan saja semua kata kasarmu kepadaku. Aku tak ingin kau rusak”. Katamu yang sesungguhnya ku tau kau sudah tak tahan dengan segala kondisi yang terjadi saat itu juga, tapi aku tau kamu tak tega melihatku yang sebenarnya tak tau apa - apa menjadi semakin tak terarah karenamu sendiri. “Aku sudah yakin, aku mau jika hanya bersamamu. Lakukanlah selagi kau bisa, akupun sudah rusak sedari lama karenamu, tolong aku tak bisa menahan lebih lama. Karenamu aku rusak bodoh! Apalagi yang kau tunggu, memang tak ada lagi yang perlu diperbaiki.” Seolah aku kesurupan jalang yang berada di tempat gelap nan sempit tak terlihat masa indah disana, tak peduli orang hendak berkata apa.

“Aku sayang kamu” kamu lagi - lagi mengucapkan kata yang dulu kusuka, kini kubenci. Karena itu membuatku tak ingin berpaling “Aku mencintaimu, lakukan saja tapi apa yang aku berani. Jika tidak, jangan! Aku belum siap!” semakin kesurupanlah aku. “Iya aku tak tega melihatmu menangis, aku juga sudah cinta kamu”.

Jahat! Kau melakukannya menyentuh apa yang tak boleh kau jamah! Bukan dari bagian tubuhku, tapi benar - benar bagian yang tak ingin ku sebutkan. Ah! Rasanya aku menyesal kenapa aku bagai jalang kesurupan mau melakukannya dan aku yang menyuruhmu.

Aku tau kamu tak tega, hingga kau hanya memainkan lidah bukan dengan mencoba menebus semuanya “Aku tak tega, cukup ya? Aku tau aku tak tahan. Tapi aku ingin menangis” katamu melemah “Lakukan! Jika aku menangis tandanya aku semakin tak ingin kamu lepas kamu harus ada! Dengarkan aku! Aku sayang kamu! Keparat!”. Bodoh! Kau benar - benar melakukannya hingga pada ahkirnya kau datang dengan wajahmu yang tak karuan sambil takut akan kepergianku, memainkan rambutku meraba wajahku dan menggenggam erat tanganku.

“Aku takut kamu pergi!” … katamu, aku berhenti menangis dan berteriak. “Tak biasanya kamu berkata begini, aku yang biasa berkata” kataku, dan kau balas “Yakinlah, datanglah padaku, ingatlah aku selalu. Jika kau ingin hal ini lagi aku akan selalu ada di sisimu, asal tak ada lelaki lain yang berani dan segila aku. Kau sudah rusak, aku tetap cinta kamu, kau sudah gila, aku yang membuatmu gila”.

Kau pun memelukku erat, aku kedinginan kamu menghangatkan. Aku menangis menjadi - jadi karena perasaan bukan karena kegilaanku.

Kau pun mengecupku, tak ingat pastinya bagian yang mana karena ku mulai menutup mata. Merasakan jaketmu yang tak hangat kau pakaikan untukku hanya sebagai pelindung bukan penghangat.

Kini ku tau kau dan aku bagaikan ilusi yang datang bukan karena khayalan, aku benar - benar takut sekarang bahwa aku telah pergi ke masa depan atau masa lalu hanya untuk bertemu kamu. Sosok yang hingga saat ini masih menjadi misteri.

Terimakasih telah memberi khayalan dan pengalaman indah.

Wahai lelaki pencetak sejarah terindah sepanjang ku bermimpi selama ini.


-Maria Anes (Bandung, 27 Januari 2018)


 
 
 

Recent Posts

See All
Teruntuk di Minggu Malam

Aku bukanlah orang yang dengan mudah berterimakasih di awal, begitu pula maaf. Namun saat pertemuan kala itu, aku dapat...

 
 
 
Kembalinya Aku

Aku kembali lagi hadir untuk berima, menghirup alam. Bukan seperti binatang buas terkurung seksama, lebih kepada ia yang merindukan...

 
 
 
Mung Sawang

Telah lama ku tak melihat yang menusuk tajam, tak sakit karena indah. Tajam seolah menjadi nama depanmu Jangan pernah menatap, Tuhanpun...

 
 
 

Comments


© 2023 by Le Cõuleur. Proudly created with Wix.com

bottom of page