Mung Sawang
- ariaanr
- Nov 25, 2019
- 1 min read
Telah lama ku tak melihat yang menusuk tajam, tak sakit karena indah. Tajam seolah menjadi nama depanmu Jangan pernah menatap, Tuhanpun melarang, Tuhan yang mana dulu?
Bagaikan melewati beribu hektar ladang, ladang itu harum. Harum bagaikan bunga aster, kayu manis, sedikit aroma gulali. terbayang indah bukan? Coba lagi, Mungkin.
Ya, itulah pertemuan.
Aku suka dengan pertemuan, tapi tidak dengamu.
datang di saat aku dengan kekasih.
aku yakin di malam itu bercumbu bukanlah larangan.
Kalau kau seberharga itu, aku apa?
Apa aku tak punya harga diri jika di depanmu?
Apa aku tak cukup buatmu?
Ah dasar hasrat.
Kembali ingat Tuhan,
Tuhan yang mana dulu?
Lembut tapi tak selembut kekasihku,
tapi aku ingin merasakan sedikit saja.
Kenapa kita harus bertemu,
karena setiap perpisahan ada pertemuan.
karena, aku ingat aku pernah berpesan dengan kawan.
Dariku untukmu, entah sampai tidaknya.
Sepertinya kau ingat.
Kommentare