Mimpi Semalam
- ariaanr
- Jul 4, 2018
- 3 min read
Semalam aku bermimpi menemukan sosok yang bisa jadi selama ini aku cari. Ia paham betul bagaimana kondisiku sekarang dimana aku memiliki kerenggangan yang cukup di sisi pribadi dan di sisi “kehidupan personalku”.
Semalam aku bermimpi, tentang laki - laki tapi aku sendiri tak dapat mengingat seperti apa dia secara fisik saat ku terbangun. Aku takut aku mengalami situasi yang biasa orang sebut dengan “Lucid Dream”, aku ke masa depan.
Yang aku ingat adalah beberapa penggal cerita yang ada bersamamu di dalam mimpiku, kamu adalah orang yang memahami situasi dimana aku sakit kaulah yang memberiku pelukan hangat. Dimana aku rindu kamu, kamulah yang mencumbuiku. Ya tidak salah kata barusan, karena aku menikmatinya. Jahat, kau membuatku larut, aku tak tau apakah rusak jiwa ini.
Ide gilamu aku suka, mengajakku pergi ke tempat antah berantah, pergi dari “mereka”. Karena sudah kuduga, salah satu dari “-nya” tak suka kamu. Kamu pemberani mengajakku pergi dari zona keterpurukan ke zona nyamanmu.
Kata kata favorit yang keluar dari dirimu yang kuingat adalah “kamu dimana? Kamu baik2 saja? Aku gamau ninggalin kamu cuma karena kamu sakit kecil.” Aku serasa ingin membalas tapi ku tak bisa, seolah aku terdiam itu kau tau jawabanku.
Mungkin semalam aku bermimpi, mimpi yang indah, menemukan sosok pangeran yang di ibaratkan oleh anak - anak perempuan kecil “pangeran berkuda putih”.
Haha, tapi aku suka kesederhanaanmu, tawamu, candamu. Seolah kau tak pernah sedih kecuali “Kamu dimana? Aku khawatir kamu kenapa-apa, jangan sakit ya. Kalau kamu sakit ada aku kok, hehe” lalu kamu mulai memeluk ku, seolah tak ada yang salah.
Kamu cuek, tapi cuek dengan orang sekitarmu, tak peduli mereka berkata apa asalkan “karena aku sayang kamu, besok pasti kita direstui, percaya sama aku.” Aku yang polos sudah sedari awal jatuh cinta karena tatapannya pun mengangguk.
Dingin, kau memahami situasi itu. Memelukku erat dan “Maaf ya, aku suka kamu” Jatuhlah bibir indahmu itu ke bibirku yang hampa tak berasa, tak ada menariknya. Tapi, lagi lagi kau berusaha menghiburku “aku suka kamu jangan pergi ya, kamu hangat”.
Seolah kita telah mengenal lama, berjalan bersama tanpa hambatan setelah kau mengajak diriku tuk berlari ke dunia mu dan sampai di titik aku di cari, karena kau yang membuatku hilang.
“Ya, kalau anak anda sayang sama saya gimana? Saya gak bisa maksa, saya juga. Nanti saya kembalikan ke anda kalau kita sudah resmi”. Sayangnya ini hanya mimpi, aku benar - benar suka kamu, tak pernah terpikir rasanya jika ada lelaki yang seberani kamu rasanya. Kau membentuk sebuah imajinasi yang amat indah, kutulis tentang kamu kira - kira ada juga yang mengimpikan lelaki seperti kamu jugakah dalam dunia ini.
Kamu unik sampai sampai temanmu berkata “lu gila, cewek lain ogah sama lu udah eneg sama lu, sedangkan lu bisa bikin cewek ini yakin. Kita ajah bingung kok kalian awet”. Aku tertawa kecil dan dalam hati berkata karena pandangan pertama tak pernah salah, keburukannya aku yang menjadikannya baik, dia menjadikanku buruk tapi aku menikmatinya. Buruk dalam artian bagaimana cara kami menikmati semuanya bersama.
“Kamu mau kemana aku takut sendiri aku sakit, kamu mau kemana, aku gamau nangis” kataku menjerit saat tau bahwa dia akan pergi sebentar, rasanya aku belum pernah menangisi lelaki sebegitu hebatnya “aku sayang kamu, semestapun tau. Nanti aku akan kembali, haha. Kamu gak denger kata mereka? Aku bikin eneg, oh ya jangan dengerin. Biarin mereka eneg sama kelakuan kita asal aku tau gimana cara sayang sama kamu”. semakin menangislah aku, memeluknya tak mau pergi menangis menangis dan ku yang kini berani.
Berani memeluknya terlebih dahulu, biasanya dia dahulu yang melakukannya. Meraba wajahnya, mencium aroma tubuhnya hingga ku tanamkan bibirku yang tak semanis dirinya, seolah ada rasa peppermint dan gulali disana.
“Nanti kita ketemu lagi kan? Kalau kamu lupa aku aku ingetin gapapa kan?”. Dia tertawa dan melihatku, terdiam agak lama kemudian. “Gaboleh”, aku terisak “Nanti aku gak terbiasa mengingat dengan sendirinya, kamu lucu.” Lalu kami tertawa.
Hingga di ahkir cerita dia tau aku tertarik dengan anak anjing, seolah keterbatasan soal materinya aku tak peduli, karena dengan itu aku dapat melihat usahanya betapa ia mencintaiku.
“Kita menikah, ya kita akan, walau aku tak tau caranya untuk membuat acara dengan ya. Kamu tau aku”. Aku tak peduli kata dari mulutnya itu seolah membuatku yakin dan semakin percaya itu akan terjadi, walau aku tau dia tak seperti saudagar atau bintang lainnya.
Tunggu aku orang yang kurang yakin dan agak tak percaya soal pernikahan, kini ku percaya dan dia memang gila bisa mengubah cara pikirku.
Sekali lagi, sayang.
Ya, sayang.
Hanya mimpi.
Terimakasih untuk kamu yang telah hadir di mimpiku semalam, semoga di dunia nyata nanti aku dapat bertemu denganmu dan apabila Semesta menghendaki dan Tuhan memberi wejangan bahwa semua ini bisa.
Aku tunggu kamu, lelaki yang datang semalam.
-Maria Anes (Bandung, 23 Januari 2018)
Kommentare