top of page

To closer 70's

  • Writer: ariaanr
    ariaanr
  • Dec 27, 2018
  • 2 min read

Kepada orang yang aku kenal, aku sayangi, aku cintai. Bukan kekasihku, ataupun pujaanku, melainkan pencetak munculnya sejarah hidupku.


Semakin aku bertumbuh menjadi sosok yang kian melihat akal sebagai mata hati, mulut sebagai akar kepalsuan, mata sebagai pencetak memorial terdalam hingga lubuk hati menjadi satu dari saksi bisu manusia yang belum tentu dapat mengucap kata.


Aku disini tersadar akan sebuah fase, bukan berubah. Tapi terubah. Karena, apabila berubah itu diwujud dari dirimu sendiri, sedangkan kau tertipu daya oleh benalu yang kau anggap sebagai pangkuan atas segala kenyaman dan kesemuan dari masa lalu yang pernah berlalu lalang.


Kita semua hanyalah sesosok manusia yang tak lebih dan tak kurang.

Cukup, mungkin itu yang ingin sang pencipta katakan jika mendefinisikan manusia.


Masa lalu, fase dimana orang melewati satu sejarah dalam hidup.

Terulang tidaknya kita yang tentukan, indah tidaknya jika diulang adalah bagian dari resiko. Bukan pribadi, tapi banyak dari khayalak. Seperti, apakah pengulangan akan membuat kamu lebih maju kedepan sepuluh langkah atau malah membuatmu mundur 10 langkah, atu malah ya membuatmu maju satu langkah tapi mundur 100 langkah dalam waktu bersamaan. Itu pula yang dinamakan, pilihan hidup.


Kelam hidupmu, kamu yang membuat. Itulah tipu daya pikiran, bukan akal. karena akal sebagai mata hati, seperti yang kubilang tadi.


Bahagia, bagiku bahagia itu sederhana, entah kamu. Aku sudah cukup bahagia, bila orang tersenyum atau sebaliknya akulah pencipta senyuman apalagi jika tergambar senyuman itu penuh warna. Ya, senyuman tak hanya satu tapi banyak macam, aku tak mau menjelaskan senyuman bermakna ganda, karena di baris ini kita membahas kebahagiaan.


Kekelaman dan kebahagiaan, percaya atau tidak adalah dua hal yang selalu bersinggungan dalam hidup. Awal kita mencetak kebahagiaan akan muncul "tidak puas", awal pula bagi kekelaman. Saat kita tidak puas, kita akan selalu mencari kekelaman dan melupakan kebahagiaan tanpa disadari. Apa? kau bilang kau bahagia? SEMU! aku lelah dengan mulut sebagai akar kepalsuan. Dewasa! Kolot! Tua! Ah, aku mengumpat.


Mari rehat sejenak.


Ada orang di bumi ini, senang mengenang hal indah, masa lalu memang patut dikenang. Jika kamu berusaha mengulang, seperti tadi yang aku simpulkan. Aku tak bilang itu buruk, apalagi kekelaman, kamu yang menentukan. Tapi aku tipikal lebih suka mengenang daripada mengulang.


Ujian pun aku tak suka mengulang sedari jaman ketika aku berusaha di tempat kapitalis namun terpaksa karena tuntutan hidup itu. Di bilang aku dungu, belum tentu. semua karena kemalasanku, aku mengulang. Sudah malas, mengulang pula. makin malaslah aku! Itu Ujian kapitalis, bukan hidup. Makin malas aku suruh mengulang, sejarah. Hidup.


Kepada kamu, aku tak mau lagi banyak cakap, tujuanku hanya menyayangimu. Menjagamu semampuku, walau aku masih keparat.


Kepada kamu, cakapmu di masa kini bagaikan politikus. Muslihat, menggiurkan, tajam. Ah iya, kau sempat tertarik di bidang itu, sudah aku tak ingin mengumpat kedua kalinya.


Kepada diriku sendiri, aku hanyalah calon dewasa yang sedang menikmati indahnya dunia. Jika hidupku lebih berwarna karena dia, berarti aku tak butuh alasan mengapa dia berarti. cinta itu sederhana. Penuh kemabukan dan ya memang seperti kata anak - anak untuk apa butuh alasan. Kata - kataku ini tak akan berimbas pada apapun tak akan merubah si BRENGSEK dari sarangnya menjadi tempat bersemayam-nya, toh dia semakin membuat kerajaan. Paling lama - lama benar kata dia, hidupku akan ikut menjadi kepalsuan.


-Maria Anes Sleman, Maguwoharjo (27 Desember 2018)



 
 
 

Recent Posts

See All
Teruntuk di Minggu Malam

Aku bukanlah orang yang dengan mudah berterimakasih di awal, begitu pula maaf. Namun saat pertemuan kala itu, aku dapat...

 
 
 
Kembalinya Aku

Aku kembali lagi hadir untuk berima, menghirup alam. Bukan seperti binatang buas terkurung seksama, lebih kepada ia yang merindukan...

 
 
 
Mung Sawang

Telah lama ku tak melihat yang menusuk tajam, tak sakit karena indah. Tajam seolah menjadi nama depanmu Jangan pernah menatap, Tuhanpun...

 
 
 

Comments


© 2023 by Le Cõuleur. Proudly created with Wix.com

bottom of page